Kamis, 22 April 2010

Bukan (belum) tentang Aku

Setelah tidak aktif bekerja
Sepanjang waktu masih bekerja, kita sibuk menyiapkan dana dan kemampuan agar setelah tidak aktif bekerja, kita tidak mengalami kesulitan keuangan. Masalah yang sering dihadapi adalah bagaimana kita mengelola waktu setelah tidak aktif bekerja, menjadi kegiatan yang positif. Lima tahun sebelum saya bebas tugas, mantan atasan saya mengingatkan agar saya menyiapkan diri dan berusaha pindah jabatan ke unit yang tidak terlalu sibuk , yang selain menyita tenaga juga menyita pikiran. Syukurlah saya akhirnya dipindah ke unit yang lebih mengandalkan kemampuan berpikir secara konseptual, dan ternyata ini sangat berharga saat saya tidak aktif bekerja.
Bulan-bulan pertama tidak aktif bekerja (walaupun sebenarnya saya masih menjadi pengurus di suatu perusahaan, tetapi jam kerja lebih fleksibel), saya tidak merasakan kesulitan karena sibuk renovasi rumah yang akan ditinggali setelah tidak tinggal di rumah dinas. Setelah pindah rumah, ternyata beres-beres rumah memerlukan waktu yang lama, dan nggak selesai-selesai juga…syukurlah walau belum tertata rapi, tetapi rumah sudah layak ditinggali. Setelah rumah “agak beres”, saya mulai menghubungi teman-teman sekedar say hello, dan disinilah letak perlunya memiliki jejaring serta asah kemampuan selama ini. Di rumah, sambil mengerjakan laporan, saya mulai belajar ngeblog, menulis karangan, yang saat aktif bekerja tak mungkin dapat saya lakukan. Saya mencoba menata buku manajemen, finance, hukum, yang selama ini hanya menjadi acuan jika diperlukan. Ternyata banyak sekali buku di rumah yang bahkan belum pernah saya sentuh, apalagi di baca.
Tanpa diduga, di suatu hari mantan bos saya, yang sekarang menjadi salah satu Direktur di lembaga pendidikan menelepon, dan menanyakan apakah saya mau membantu beliau sebagai pengajar. Waktunya fleksibel, dan disesuaikan dengan kompetensi saya. Tentu saja saya antusias untuk bergabung…dan ternyata tugas pertama adalah mengajar di Aceh…..daerah yang selalu saya dambakan untuk suatu ketika dapat saya kunjungi. Saya percaya betapa Allah swt menyayangi saya, pada saat saya tidak aktif lagi bekerja, saya mendapat tawaran mengajar di wilayah tersebut.
Menjadi pengajar telah saya lakukan sejak tahun 1980, dimulai dengan mengajar yunior saya, diantara jam kerja. Sejak saya menjadi seorang manager, saya hanya kadang-kadang mengajar karena disibukkan oleh pekerjaan operasional, serta harus bepergian kedaerah. Namun mengajar adalah merupakan panggilan jiwa, karena ayah ibu seorang guru, jadi di saat-saat saya kunjungan ke daerah, pada malam hari sering diisi dengan diskusi, serta membahas apa yang kita lihat hari ini.
Sekarang waktu luang saya gunakan untuk menulis, membuat bahan ajar, serta membaca buku yang menumpuk di rumah dan selama ini tak sempat di baca. Ternyata, dengan kesibukan ini tak terasa waktu berjalan cepat dan saya merasa bahagia….Karena suami seorang dosen, pensiun masih 10 tahun lagi, dan anak-anak masih kuliah. Dengan ibu yang banyak waktu luang di rumah, kondisi rumah juga lebih rapih (:D)…serta anak-anak bisa curhat setiap saat….

1 komentar:

  1. a. membaca buku,
    b. menulis,
    c. (berpikir) berniaga,
    d. menerima kursus privat,
    e. (belajar) menjahit,
    f. mengurus orang-orang tersayang.

    Kata kakak uncle: hmmm .... :-)

    BalasHapus